Irwan Santoso, Kades Krisik Kec. Pudak |
PONOROGO, SINYALINDONESIA - Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo menjadi daerah yang paling berdampak dengan adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) khususnya pada populasi sapi perah. Bagaimana tidak, sedikitnya ada 80 sapi setiap hari terinfeksi PMK dan puluhan sapi mati akibat terkena PMK. Para peternak sapi perah mengaku sangat merugi atas musibah tersebut dan berharap pemerintah bisa membantu mengatasinya.
Irwan Santoso, Kades Krisik Kecamatan Pudak kepada wartawan Senen, 20/6 mengaku ada 1400 populasi sapi perah di desanya. Dari jumlah itu lanjut Kades Krisik ada 900 sapi di desanya terinfeksi PMK.
"Kalau dirata-rata ada 80 sapi perah di desa Krisik terinfeksi PMK dan puluhan sapi mati."ujar Irwan Santoso.
Dijelaskan Irwan Santoso, sapi mati yang terkena PMK tersebut belum termasuk jumlah sapi yang mati karena di potong paksa.
"Sapi yang sakit karena PMK hanya dihargai 2 juta sampai 3 juta per ekor. Padahal harga normal sapi perah 25 juta. Jadi petani sangat rugi besar."terangnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh peternak sapi perah Pudak termasuk dari pemerintah Kabupaten Ponorogo mulai pemberian bantuan obat dan lain sebagainya demi untuk menyelamatkan sapi yang terinfeksi PMK.
Kendala utama para peternak sapi adalah soal obat-obatan. Selain mahal juga langka. "Satu ekor sapi paling tidak membutuhkan biaya 1,5 juta untuk penyembuhan. Mulai membeli obat, jamu dan vitamin serta perawatan kandang."jelasnya.
Bukan hanya itu, sapi yang terinfeksi PMK dan bisa dikatakan sembuh total juga perlu waktu paling cepat adalah satu bulan dan selama itu pula petani peternak sapi tidak memiliki penghasilan lagi karena usaha sapi perah telah menjadi penghasilan utama masyarakat Pudak.(Nang).
Simak video terkait berita diatas :
Posting Komentar